Senin, 18 Agustus 2008

JEJAK SAHABAT

JEJAK SAHABAT

Sekelompok nyawa telah hadir atas nama sahabat

Begitu lama bersekutu dengan waktu merajut sebuah kenangan

Membentuk jejak-jejak yang panjang tanpa batas

Kemudian menjelma menjadi serangkaian suara yang bisa saling merangkul

Karena disitulah, notasi nada yang baru terlahir

Dan selalu mencoba abadi di bawah bayang-bayang fajar utara

Sejarah kemarin, akhirnya mengantar kita kesini

Mengoyak perbedaan antara teman dan saudara

Detak antara satu dengan yang lain selalu saling memandang

Tak putus-putusnya menandai musim dengan seribu pemahaman

Sudahkah kita semua sama ?

Begitu kerasnya nafas-nafas kita mengenal perbedaan masing-masing

Sambil meraba guratan tangan sendiri

Menyimak kembali jejak kaki yang telah lalu

Semoga kita masih malu untuk berpisah oleh sesuatu pun

Betapa agungnya kita yang terlahir untuk bersama

Selalu mampu saling memikul beban

Padahal langkah kita terus saja menua

Lalu kemana laju arah lari kita sekarang ?

Itulah pertanyaan dalam batin sekelompok sahabat

Berharap agar perahu kita tetap berlayar ke dermaga yang sama

Sebagai simbol untuk membina kisah yang akan melegenda

Dan akhirnya, kita bisa pahami

Bahwa kita tumbuh dari akar pohon yang sama

Dan telah mengembara jauh menelusuri pusaran waktu

Meski semuanya akan berhenti dan berakhir suatu saat nanti

Hanya kebersamaan ini yang terjalin bermakna

Yang mampu menerangi cakrawala tanpa mentari

Dan mampu menghidupkan jiwa yang telah mati

Walau jejak kita sudah pun hilang

Kita tetap akan terukir sebagai sahabat

Dan menulis di setiap kepingan zaman

Menjadi sebuah prasasti musim semi

CB : Chulle Al-Buchori (Mks, 9 Sept 2003)

CATATAN PAGI TENTANG SEBENTUK KESETIAAN

Sepasang bola mata sedang memilah harapan

Dan tersenyum di serambi menyambut seutas kenangan

Menanti matahari yang akan muncul di timur hatimu

Juga mungkin sampai senja datang merenggutnya

Aku masih setia untuk terbakar

Kau datang membawa kerikil-kerikil tajam padaku

Tak ada yang tahu apakah ini sebentuk cinta atau iba darimu

Sebab aku sangsi pada keniscayaannya

Yang telah kurentangkan dari semua yang kumiliki

Bahkan akan kurangkai senyumku untuk senja berikutnya

Karena bukankah aku perempuan...?

Dan seorang perempuan hanya kenal memberi

Walaupun dibalik rangkaian senyum ini terpendam harapan

Maka adalah harapan tentang sebuah kesetiaan

Yang mesti disediakan pantai atas gelombang

Namun tak cukup bagimu untuk mengepal keindahanku

Karena kau masih terus mencecerkan impian

Serta cerita cinta buat pengagummu yang lain

Mungkin kau masih ingat sebuah kilasan waktu

Yang telah sengaja kubiarkan melewatiku begitu saja

Mengirakan kedatanganmu bagai sebuah keberuntungan

Tapi tidak untuk aku, bukan...?

Maka kini kugandeng kesendirian yang dalam

Yang hanya akan menyisakan jasad atas langkahku

Seandainya aku tidak membiarkan sejarah kita terbakar

Demi sebentuk penantian panjang

Pada lentera di padanan semesta

Sungguh hanya menghambat sinar mentari menemukan ujung bumi

Dan itulah kekeringan sebuah hati yang merancu

Untuk kembali dihidupkan

Aku pernah bilang

“ kamu tidak akan menemukan Tuhan lewat pengalaman cinta,

tapi dengan mengenal Tuhan, kau akan tahu wujud cinta “

Dengan begitu semoga kau mengerti atas kesedihanku

Berusaha menemukan Tuhan akibat kehilanganku

Inilah catatan pagi persembahanku

Akan kuletakkan diatas sepasang bola mata ini

Yang tak akan lagi pernah bisa mengenali cahayamu

ChUlLe “FzK” / MKS, 30 Jan ‘04