Senin, 18 Agustus 2008

CATATAN PAGI TENTANG SEBENTUK KESETIAAN

Sepasang bola mata sedang memilah harapan

Dan tersenyum di serambi menyambut seutas kenangan

Menanti matahari yang akan muncul di timur hatimu

Juga mungkin sampai senja datang merenggutnya

Aku masih setia untuk terbakar

Kau datang membawa kerikil-kerikil tajam padaku

Tak ada yang tahu apakah ini sebentuk cinta atau iba darimu

Sebab aku sangsi pada keniscayaannya

Yang telah kurentangkan dari semua yang kumiliki

Bahkan akan kurangkai senyumku untuk senja berikutnya

Karena bukankah aku perempuan...?

Dan seorang perempuan hanya kenal memberi

Walaupun dibalik rangkaian senyum ini terpendam harapan

Maka adalah harapan tentang sebuah kesetiaan

Yang mesti disediakan pantai atas gelombang

Namun tak cukup bagimu untuk mengepal keindahanku

Karena kau masih terus mencecerkan impian

Serta cerita cinta buat pengagummu yang lain

Mungkin kau masih ingat sebuah kilasan waktu

Yang telah sengaja kubiarkan melewatiku begitu saja

Mengirakan kedatanganmu bagai sebuah keberuntungan

Tapi tidak untuk aku, bukan...?

Maka kini kugandeng kesendirian yang dalam

Yang hanya akan menyisakan jasad atas langkahku

Seandainya aku tidak membiarkan sejarah kita terbakar

Demi sebentuk penantian panjang

Pada lentera di padanan semesta

Sungguh hanya menghambat sinar mentari menemukan ujung bumi

Dan itulah kekeringan sebuah hati yang merancu

Untuk kembali dihidupkan

Aku pernah bilang

“ kamu tidak akan menemukan Tuhan lewat pengalaman cinta,

tapi dengan mengenal Tuhan, kau akan tahu wujud cinta “

Dengan begitu semoga kau mengerti atas kesedihanku

Berusaha menemukan Tuhan akibat kehilanganku

Inilah catatan pagi persembahanku

Akan kuletakkan diatas sepasang bola mata ini

Yang tak akan lagi pernah bisa mengenali cahayamu

ChUlLe “FzK” / MKS, 30 Jan ‘04

Tidak ada komentar: