MASIHKAH TUHAN MENDENGAR TERIAKKU...?
Dikala aku berlari telusuri jejak putih
Adalah lonceng yang berdera tanpa suara
Adalah sebuah penghargaan yang retak karena nafsu setan
Tapi tlah kucoba patahkan lewat tangisan
Masihkah TUHAN mendengar teriakku ...?
Sebuah pilar besi berubah jadi arang
Semula suci sekarang usang
Dan terkubur oleh tarian kelam
Membungkam hati yang telah jadi asam
Masihkah TUHAN mendengar teriakku ...?
Setelah kulumuri sajadah putih di ruangan
Dengan tinta hitam, kuning dan merah
Kuteriakkan sesal tiada tara
Tapi sayang malam telah menjelang
Sekali lagi rintihku....
Masihkah TUHAN mendengar teriakku ...?
Sedang kakiku terus melangkah tua
Namun sajadah itu belum juga bersih
Dan kini hanya bisa meratap
Mencari keberadaan dermaga
Sebagai persinggahan terakhirku
Menuai kilasan perjalanan masa lalu
Oh...TUHAN..
Maafkan jiwaku
(Malang, March 4 2003; 00:00 wib)
< Pengakuan para “...” atas jeratan pergaulan bebas mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar